AYAM BURAS DI MERAUKE

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Berkat dan RahmatNya penulis dapat melaksanakan kegiatan telah diprogramkan.

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk produktivitas ayam buras

Sebagai akibat perbaikan tatalaksana pemeliharaan Di pedesaan

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan, sehingga saran dan kritik yang bersifat membangun, sangat diharapkan demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga karya ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................................i

Kata Pengantar...........................................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................................iii

Abstrak......................................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................................................

B. Permasalahan

C. Tujuan Penulisan

D. Mamfaat Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

B. Kerangka Pikir

BAB III METODOLOGI

A. Jenis Penelitian

B. Sumber Data

C. Instrumen Penelitian

D. Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Tabel

PENAMPILAN PRODUKTIVITAS AYAM BURAS

SEBAGAI AKIBAT PERBAIKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN

DI PEDESAAN

A B S T R A K

Suatu penelitian perbaikan tatalaksana pemeliharaan ayam buras telah dilakukan di dua desa di Kabupaten Merauke yaitu di desa Semangga Jaya (desa A), dan desa Marga Mulya (desa B). Perbaikan tatalaksana yang dilakukan meliputi vaksinasi ND yang teratur, pemisahan anak dan pemberian pakan tambahan untuk induk. Sejumlah 10 petani kooperator di desa A dan 5 di desa B diikutsertakan dalam penelitian ini. Kooperator di desa A mendapatkan penyuluhan dan pembinaan secara intensif berupa pertemuan rutin, kursus dan widiawisata, sedangkan kooperator di desa B mendapatkan pertemuan rutin. Pemeliharaan unggas pada umumnya dilepas dipekarangan. Data awal didapatkan dengan melakukan survey sedangkan data akibat perbaikan tatalaksana didapatkan dengan pemantauan setiap dua minggu. Dari rata-rata pemilikan pada awal pengamatan yakni 16,3 ekor/kooperator di desa A dan 15,6 ekor/kooperator di desa B telah menghasilkan sebanyak rata-rata 67,8 ekor/kooperator di desa A dan 50,8 ekor/kooperator di desa B, dan pemilikan setelah satahun pertama adalah 49 ekor/kooperator di desa A dan 24,2 ekor/kooperator di desa B. Kematian anak hingga umur 6 minggu berkurang sebesar 29,5 % di desa A dan 41 % di desa B. Berat badan induk di kedua desa tidak menunjukkkan suatu peningkatan, sementara jumlah telur merningkat 12,8 butir/induk/tahun di desa A dan 8 butir/induk/tahun di desa B. Peningkatan produksi telur ini merupakan akibat dari peningkatan frekuensi bertelur dari 3 kali menjadi 5,2 kali/induk/tahun di desa A dan 4,2 kali/induk/tahun di desa B.

Kata kunci : Ayam Buras, Tatalaksana, Peternak

BAB .I PENDAHULUAN

Peranan ayam buras di masyarakat pedesaan kita sangat besar, meskipun tingkat tatalaksana pemeliharaannya masih tradisional. Ayam dilepas dipekarangan mencari pakan dan kadang-kadang diberi sisa dapur. Pada umumnya disediakan kandang ala kadarnya di pinggiran rumah bahkan masih banyak para petani yang tidak menyediakan kandang bagi ayam burasnya. Pencegahan penyakit dan perawatan kesehatan ternak pada umumnya tidak dilakukan, sehingga tingkat kematian dilaporkan cukup tinggi yaitu 41,7 % pada anak ayam lepas sapih dan mencapai 65,6 % hingga ayam dewasa (Sukardi, 1988). Produksi telur sekitar 30-40 butir/ekor/tahun. Laju pertumbuhan dari ayam buras pada kondisi tradisional ini sangat bervariasi (CV = 30 %) dengan rataan berat badan pada umur 20 minggu adalah 1027 gr (Wattimena dkk, 1974). Penampilan dari ayam buras ini telah banyak dilaporkan (Mansjoer dan Martojo, 1977; Hardjosubroto dan Atmodjo, 1977; Creswell dan Gunawan, 1982). Produksi telur ayam buras pada kondisi intensif adalah berkisar antara 104 – 151 butir/ekor/tahun, akan tetapi efisiensi penggunaan pakan sangat rendah yaitu memerlukan sebanyak 4,9 kg pakan/kg telur, dibandingkan denagan ayam ras (FCR 2,7 kg pkan/kg telur) (Creswell dan Gunawan, 1982). Perbaikan tatalaksana seperti pemisahan anak setelah menetas dapat meningkatkan jumlah telur induk dari 52 menjadi 115 butir/ekor/tahun pada kondisi intensif (Prasetyo dkk, 1985). Demikian juga dengan vaksinasi (Purwono, 1986) dan perbaikan pakan (Zainuddin dkk, 1985) dapat meningkatkan daya hidup dan produktifitas ayam buras. Oleh karena itu penelitian ini dibuat untuk mengetahui adanya perbaikan produktifitas ayam buras di pedesaan dengan perbaikan tatalaksana.

A. Latar Belakang Masalah

Umumnya ternak Ayam dipelihara di pedesaan adalah ayam lokasih yang sering disebut Ayam kampung keberadaan Ayam tersebut sudah berada sejak ratusan tahun yang lalu. Ayam – ayam tersebut mereka hidup dengan makan makanan ulat – ulat dan hijauan yang bisa dimakan di sekitar itu, kemudian berkembangnya pemikiran parah ilmuwan menemukan makanan ternak yang mengandung protein dan lain– lain, pada tumbuhan dan daging maka, hal tersebutpun dibuat dengan teknologi di dunia modern ini. Maka berkembangnya pemikiran manusia membuat kandang ayam dan melengkapi makanan ternak, hingga berkembang pesat.

B. Permasalahan

Peranan Ayam Buras dalam mencukupi kebutuhan pangan bergizi bagi masyarakat Indonesia dicerminkan oleh andilnya yang besar sebagai penghasil daging dan telur. Di sisi lain peningkatan produksi masih sangat rendah akibat oleh terbatasnya sarana dan pengetahuan peternak tentang tatalaksana pemeliharaan.

Berkaitan dengan hal tersebut, menunjukkan bahwa tatalaksana pemeliharaan merupakan aspek yang sangat penting untuk mendapat perhatian dari petani ternak. Penelitian Produktivitas Ayam Buras Sebagai Akibat Perbaikan Tatalaksana Pemeliharaan di Pedesaan bertujuan untuk mengetahui adanya perbaikan produktivitas ayam buras di pedesaan dengan perbaikan tatalaksana.

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mendapat perhatian dari petani ternak mengetahui adanya perbaikan produktivitas ayam buras di pedesaan dengan perbaikan tatalaksana.

2. Keguaan/Mamfaat penulisan

Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan penanbahan pengetahuan bagi mahasiswa serta masyarakat lebih khususnya para petani ternak untuk didapat mengembangkan ternak ayam, serta cara pemeliharaannya dari bibit (DOC) hingga dewasa sampai masa panen serta cara pemberian makan dan pemberian faksin pada ternak unggas tersebut.

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Periode Starter

Pertambahan berat badan dan berat badan akhir berbeda sangat nyata pada sistem

pemeliharaan intensif lebih tinggi daripada pemeliharaan sistem semi intensif, sebaliknya mortalitas pada pemeliharaan sistem semi intensif berbeda sangat nyata lebih tinggi daripada pemeliharaan sistem intensif, sedangkan konversi pakan pada pemeliharaan intensif nyata lebih rendah dibanding pemeliharaan semi intensif. Tingkat kepadatan dan interaksi antara sistem pemeliharaan untuk berat badan, konsumsi pakan, tidak berbeda nyata.

2. Periode Grower

Pada umur 16 minggu 2 ekor ayam (1 ekor jantan dan 1 ekor betina) diambil

secara acak dari setiap kandang, jumlah 24 ekor yang digunakan untuk evaluasi karkas. Hasilnya persentase karkas pada sistem pemeliharaan berbeda sangat nyata pada sistem pemeliharaan intensif lebih rendah dibandingkan dengan sistem pemeliharaan semi intensif. Pertambahan berat badan dan konversi pakan berbeda nyata, pada sistem pemeliharaam semi intensif lebih besar daripada sistem pemeliharaan intensif, sebaliknya konversi pakan lebih tinggi pada sistem pemeliharaan intensif dibandingkan dengan sistem pemeliharaan semi intensif. Tidak ada perbedaan yang nyata baik untuk tingkat kepadatan maupun interaksi antara sistem pemeliharaan dan tingkat kepadatan untuk pertambahan berat badan, berat badan akhir, konsumsi air minum dan konsentrasi T3 dalam darah ayam jantan maupun betina.

3. Periode Layer

Berat badan, tidak ada perbedaan yang nyata berat badan akhir pada sistem

pemeliharaan yang berbeda baik jantan maupun betina, tetapi pada nisbah kelamin yang berbeda menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan intensif, nisbah kelamin 1 : 7 lebih berat dibanding dengan nisbah kelamin 1 : 5 dan 1 : 9, sedangkan pada sistem pemeliharaan semi intensif nisbah kelamin tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Produksi telur dan Hen Day Production (HDP) menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata lebih tinggi pada pemeliharaan semi intensif dibandingkan dengan pemeliharaan intensif. Tidak ada perbedaan yang nyata pada berat telur, telur bertunas dan tidak bertunas serta daya tetas telur, demikian pula tidak ada interaksi antara sistem pemeliharaan dan nisbah kelamin. Dilain pihak sistem pemeliharaan dan nisbah kelamin menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Berat tetas, menunjukan adanya perbedaan pada sistem pemeliharaan yang berbeda dimana pada pemeliharaan semi intensif sangat nyata lebih berat dibanding dengan pemeliharaan intensif, juga pada nisbah kelamin menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada nisbah kelamin 1 : 7 adalah yang terendah dibanding dengan nisbah kelamin 1 : 5 dan 1 : 9. Interaksi antara sistem pemeliharan dan nisbah kelamin berbeda sangat nyata. Konsentrasi T3 dalam darah, sistem pemeliharaan yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan dari konsentrasi T3, pada sistem pemeliharaan intensif nyata lebih tinggi dibanding sistem pemeliharaan semi intensif, namun nisbah kelamin tidak menunjukkan adanya perbedaan.

B. Kerangka Pikir

Pemberian Pakan, Kandang dan Ternak. Pakan yang diberikan berupa pakan tambahan seperti yang tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Susunan bahan dan kandungan gizi pakan tambahan

Jenis Bahan

%

Dedak padi halus

Tepung ikan

Kapur (CaCO3)

Premix A

Garam dapur

93

4

2,5

0,25

0,20

Terhitung

Protein (%)

ME (Kkal/kg)

Ca (%)

P (%)

13,16

2160

1,64

0,81

Pakan tambahan ini diberikan sebelum ayam-ayam dilepas di pekarangan mencari pakan sendiri. Pemberian kandang indukan dilakukan dalam rangka pemisahan anak segera setelah menetas. Pakan khusus untuk anak tidak diberikan, tetapi dianjurkan setiap kooperator untuk mengusahakan sendiri hingga anak-anak ayam siap dilepas di pekarangan. Penimbangan ternak, pencatatan produksi dan kematian ternak dilakukan sekali dalam 2 minggu. Data disajikan dalam bentuk rataan dan standar deviasi atas ulangan pengamatan setahun pertama untuk melihat penampilan ternak sebagai gambaran tingkat kemampuan kooperator dan daya dukung lingkungan.

III. METODEOLOGI

Penelitian ini dilakukan di desa Semangga Jaya (desa A) dan desa Marga Mulya (desa B) Kabupaten Merauke.

A. Jenis – jenis Penelitian

Pada awal penelitian dilakukan survey dengan mewawancarai 40 petani peternak masing-masing desa untuk memperoleh data mengenai cara beternak dan penampilan produksi ayam buras. Selanjutnya dipilih sebanyak 10 petani peternak di desa B sebagai kooperator dalam penelitian ini. Semua kooperator dianjurkan untuk memelihara ternaknya dengan tatalaksana yang sudah diperbaiki. Perbaikan tatalaksana yang dilakukan meliputi : pemberian pakan tambahan untuk induk, vaksinasi ND setiap 4 bulan dan penyediaan satu perangkat kandang indukan untuk setiap kooperator. Selain itu juga dilakukan pembinaan intensif berupa kursus pemeliharaan ayam buras, pertemuan rutin dan widiawisata, sedangkan di desa B mendapatkan pembinaan semi intensif berupa pertemuan rutin (sekali 4 bulan).

Ada beberapa jenis penelitian yang digunakan pada sahat penelitian berlansung di lapangan penelitian.

B. SUMBER DATA

a. Wawancara

yaitu proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatab muka antara si penanya atau si pewawancara dengan si penjawab dengan menggunakan panduan wawancara.

b. Observasi

yakni pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa alat standar lain secara teliti terhadap objek penelitian.

c. Studi Pustaka

adalah menelusuri buku – buku ada yang berkenaan dengan objek penelitian.

C. Instrumen Penelitian

Pemeliharaan ayam kampung dapat dilakukan secara intensif maupun ekstensif. Pemeliharaan secara ekstensif adalah dengan cara ayam dilepas dan dibiarkan mencari makan sendiri. Pemelihraan ini mempunyai tingkat produksi yang rendah.
Sementara pemeliharaan secara intensif yaitu dengan cara mengandangkan ayam. Kebutuhan ayam seperti pakan dan minum harus disediakan. Hasilnya menunjukan angka peningkatan produksi. Pada pemeliharaan secara tradisional, produksi telur rata-rata 30-40 butir per tahun. Sementara dengan pemeliharaan intensif dapat meningkat menjadi 163 butir per 200 hari.Pada pemelihraan secara intensif, pemberian pakan dapat dilakukan seperti pada ayam ras petelur. Namun, karena kemampuan produksi ayam kampung terbatas, tidak seperti ayam ras petelur, pemberian pakanya bisa dicampur sendiri. Bahan pakan yang digunkan antara lain jagung giling, bekatul dan konsentrat jadi.

Kelompok Umur

Konsumsi pakan (gram/ekor/hari)

Konsumsi pakan ayam kampong dewasa


Minggu ke 1-3

30

Minggu ke 3-6

60

Minggu ke 6- menjelang bertelur

80

D. Analisis Data

Berat badan induk di kedua desa tidak menunjukkkan suatu peningkatan, sementara jumlah telur merningkat 12,8 butir/induk/tahun di desa A dan 8 butir/induk/tahun di desa B. Peningkatan produksi telur ini merupakan akibat dari peningkatan frekuensi bertelur dari 3 kali menjadi 5,2 kali/induk/tahun di desa A dan 4,2 kali/induk/tahun di desa B.

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data hasil pengamatan pada awal penelitian terlihat pada Tabel 2 (data hasil survey), sedangkan penampilan ternak setelah satu pengamatan terlihat pada Tabel 3. Penampilan yang menyolok dari data survey di kedua desa adalah tingkat kematian. Tingkat kematian di desa A lebih rendah daripada di desa B, meskipun bobot badan induk di desa A lebih rendah daripada di desa B. Total produksi anak ayam selama satu tahun pengamatan menunjukkan bahwa desa A lebih banyak daripada desa B. Perbedaan angka mortalitas anak ayam di desa A sedikit rendah dari pada di desa B, meskipun rataan bobot badan induk di desa A sedikit lebih rendah daripada di desa B. Produksi telur (butir/induk/tahun) untuk desa A lebih banyak daripada di desa B; begitu pula dengan frekuensi peneluran (kali/ekor/tahun) lebih tinggi di desa A daripada di desa B. Dari data hasil survey pada awal pengamatan tidak terlihat adanya suatu perbedaan yang menyolok, kecuali mortalitas. Hal ini dapat terjadi karena data ini hanya didapat dari hasil wawancara dengan kooperator di kedua desa tersebut di atas.

Tabel 2. Penampilan ayam buras di 2 desa pada awal pengamatan

Desa A

Desa B

Rata-rata pemilikan (ekor/KK)

Mortalitas hingga umur 6 minggu (%)

Bobot badan pada umur 5 bulan (gr)

Produksi telur (butir/ekor/tahun)

Waktu kosong (hari)

Frekunsi bertelur (kali/ekor/tahun)

16,3

56,0

813

34

72,7

3

15,6

71,0

1100

34

72

3

Tabel 3. Penampilan ayam buras di 2 desa (lahan kering dan sawah) setelah satu tahun pengamatan

Desa A

Desa B

Rata-rata pemilikan (ekor/KK)

Produksi anak (ekor/KK)

Mortalitas hingga umur 8 minggu (%)

Bobot badan umur 5 bulan (gr)

Produksi telur (butir/ekor/tahun)

Waktu kosong (hari)

Frekunsi bertelur (kali/ekor/tahun)

49,0 (27,5) *

67,8 (42,4)

28,5 (20,0)

843 (155)

46,8 (9,5)

20,1 (8,5)

5,2 (0,8)

24,2 (7,2)

50,8 (26,6)

30,0 (19,9)

1038 (191)

42 (3,7)

34,3 (21,9)

4,2 (0,5)

* Angka dalam kurung menunjukkan standar deviasi.

Hasil pengamatan selama satu tahun menunjukkan adanya suatu peningkatan jumlah pemilikan, yang merupakan jumlah total dari berbagai umur. Dari data dapat dilhat adanya suatu kecenderungan pengaruh dari adanya penyuluhan dan pemberian pakan tambahan. Jumlah pemilikan di desa A ternyata lebih banyak daripada di desa B yang mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan intensitas pembinaan. Jumlah pemilikan pada akhir tahun pertama pengamatan ini merupakan jumlah akhir setelah dikurangi dengan kematian, dikonsumsi dan dijual. Kelihatannya bahwa tingkah laku kooperatotr di kedua desa ini agak berbeda. Kooperator di desa A cenderung untuk mempertahankan ternaknya, sedangkan kooperator di desa B cenderung lebih banyak menjual ternaknya. Suatu penurunan tingkat kematian di kedua desa sudah seharusnya terjadi, disebabkan prosedur vaksinasi ND yang teratur. Hal ini memang akan terjadi berdasarkan laporan survey awal pengamatan dimana hampir seluruh petani peternak menyatakan bahwa kematian ternak pada umumnya disebabkan oleh penyakit ND (tetelo). Berat badan induk baik pada awal pengamatan maupun setelah setahun penagamatan menunjukkan kecenderungan bahwa di desa B lebih tersedia pakan dihalaman atau lingkungan dibandingkan dengan desa A. Desa B merupakan lingkungan lahan sawah yang mungkin lebih menunjang pertumbuhan ternak ayam buras. Produksi telur ditentukan dalam hal ini oleh frekuensi peneluran dan atau lama waktu kosong diantara dua peneluran. Produksi telur di desa A lebih banyak daripada di desa B didukung oleh faktor-faktor tersebut diatas. Meskipun jumlah telur per periode per ekor di desa B satu butir lebih banyak daripada di desa A. Hal ini pula dapat disebabkan oleh status nutrisi di kedua desa. Seperti dikemukan oleh Mannion (1985) bahwa kekurangan dan malnutrisi pada fase permulaan bertelur dapat menunda dewasa kelamin, penurunan produksi dan berat telur.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan terhadap penelitian menunjukkan bahwa perbaikan tatalaksana pemeliharaan jauh lebih baik dibandingkan dengan cara petani yaitu cara tradisional.

B. SARAN

Setelah penyusun mengetahui sedikit banyak tentang pemeliharaan ayam buras dan juga pada perkembangannya, maka pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan saran diantara yaitu sebagai berikut :

1. Perhatihan terhadap ternak ayam buras yang ada sekitar kita adalah suatu sikap yang bijak yang harus kita lakukan, agar kita mengetahui sejauh mana mamfaat yang dihasilkan daripada salah satunya adalah pemeliharaan ayam buras.

2. Perbanyakan bibit ayam buras, karena semakin banyak kita memelihara, maka semakin banyak ternak yang kita sedang memelihara akan bertambah meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Creswell, D.C dan Gunawan, B. 1982. Laporan Penelitian No 2. Balai Penelitian Ternak.

2. Prasetyo, T., Subiharta., Wiloeto, D dan Sabrani, M. 1985. Proc. Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.

3. Sukardi. 1988. Proc. Seminar Pengembangan Peternakan Pedesaan. Fakultas Peternakan. Universitas Jenderal Sudirman. Purwokerto.

4. Wattimena., Cornelia., Siregar, A.P dan Partoutomo, S. 1974. Poultry Tracer Techniques in Tropiocal Production. Jakarta.

5. Produktivitas ayam buras dengan sistem pemeliharaan dan Perbandingan kelamin yang berbeda.

Oleh senong zakaria Dosen fakultas peternakan universitas hasanuddin

  1. http://centralunggas.blogspot.com/2010/06/tata-laksana-pemeliharaan-ayam-kampung.html#ixzz1AwAZGC65

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar lampiran tersebut Ayam dibiarkan dan mencari makan sendiri di ladang berupa tumbuhan serta ulat – ulatan.












Tidak ada postingan.
Tidak ada postingan.